Pendidikan Tergilas Pertambangan

Sebarkan:
Risman K Abas
Oleh : Risman K Abas
Sekretaris Umum HMI Komisariat FEBI IAIN Ternate

Pendidikan, utamanya pendidikan formal, merupakan salah satu upaya untuk menanggulangi kebodohan dan kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Karena jika mengenyam bangku sekolah, maka oramg tersebut akan mengetahui berbagai hal yang ada di dunia ini.

Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pembangunan individu dan masyarakat. Dalam dunia yang semakin kompetitif saat ini, pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk memperoleh pengetahuan, tetapi juga sebagai sarana untuk membentuk karakter dan keterampilan individu agar dapat mengembangkan potensi diri dan mempersiapkan diri menghadapi tantangan di masa depan.

Investasi dalam pendidikan, tidak hanya meningkatkan keterampilan dan pengetahuan seseorang, tetapi membuka pintu menuju peluang ekonomi yang lebih baik, juga memfasilitasi pergerakan ke atas dalam struktur sosial (Yuniarto, 2016). Dengan pendidikan, orang akan mampu menata masa depannya dengan bijaksana, dan dapat berfikir lebih kritis dalam memecahkan suatu masalah yang terjadi didalam kehidupannya.

Di Maluku Utara saat ini, ada hambatan yang signifikan akibat hadirnya industri pertambangan ekstraktif. Secara tidak langsung, telah mengubah pola pikir masyarakat dan generasi sebagai penerus bangsa. Aktivitas pertambangan tidak hanya membentuk perubahan ekonomi, tetapi juga meresap ke dalam struktur sosial dan budaya masyarakat.

Salah satu aspek yang sangat berpengaruh adalah, pola pikir masyarakat yang memandang pendidikan tidak begitu penting dibanding ekonomi (Menambah pundi-pundi). Sehingga banyak juga orang tua yang meminta anak-anaknya untuk bekerja dibanding melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, karena hanya akan mengeluarkan uang. Apalagi setelah menempuh pendidikan, ujung-ujungnya juga akan mencari pekerjaan.

Pola pikir dan perilaku masyarakat dalam melihat pendidikan setelah adanya aktifitas pertambangan ekstraaktif, mengalami perubahan. Pengembangan industri, dikombinasikan dengan kebutuhan akan efisiensi dan sosialisasi dalam kalkulasi ekonomi dan penggunaan teknologi, mengakibatkan penurunan peran dan fungsi pendidikan dalam kehidupan masyarakat. Ini karena kebutuhan ekonomi telah menjadi pilar utama di tengah-tengah masyarakat.

Aktivitas pertambangan menawarkan peluang ekonomi yang menarik, memimpin sebagian besar masyarakat dan mengalihkan perhatian dari pendidikan menuju mata pencaharian yang lebih menguntungkan. Perubahan dalam intensitas dan fokus masyarakat ini bisa disebabkan oleh tekanan ekonomi baru dan komitmen waktu yang diperlukan untuk mengatasi tantangan yang timbul dari aktivitas pertambangan.

Selain itu, perubahan sosial dan budaya juga terjadi sebagai respons terhadap aktivitas pertambangan. Nilai-nilai tradisional mungkin berhadapan dengan nilai-nilai ekonomi yang baru muncul dan akan mengubah pola dan perilaku hidup masyarakat.

Penulis menemukan, ada keluarga dengan kondisi ekonomi terbatas sering kali tidak mampu menyediakan sarana pendidikan yang memadai bagi anak-anak mereka. Di Maluku Utara, banyak anak yang terpaksa bekerja membantu orang tua demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga waktu dan energi untuk belajar menempuh pendidikan keperguruan tinggi menjadi terbatas akibat ekonomi yang tidak mencuckupi dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Apalagi hadirnya pertambangan ekstraktif menjadi alternatif, sehingga banyak anak-anak sebagai generasi penerus lebih memilih bekerja di tambang agar membantu ekonomi keluarga, dibanding melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, karena faktanya, pasca perguruan tinggi ujung-ujungnya juga mencari pekerjaan. ***

Sebarkan:
Komentar

Berita Terkini